---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
MAGELANG – Kondusifnya iklim investasi di Kota Magelang, mendorong bisnis restoran atau rumah makan berkembang positif. Hal ini ditunjang pula oleh meningkatnya geliat usaha atau bisnis di luar bidang kuliner, seperti hotel, jasa perjalanan wisata, dan jenis usaha lainnya.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Magelang, Edi Hamdani mengatakan, bisnis restoran berkembang lebih cepat dibanding hotel. Hal ini karena nilai investasi rumah makan tidak sebesar hotel dan pengelolaannya pun lebih sederhana. “Karena itu semakin banyak investor berinvestasi restoran di sini meski tidak sedikit juga yang gagal. Hal ini kian memperketat persaingan di samping juga makin memeriahkan iklim bisnis di Kota Getuk,” ujarnya di kantornya, Sabtu (11/2).
GM Hotel Wisata itu menjelaskan, secara pasti berapa jumlah restoran yang ada tidak diketahui persis karena tidak ada pendataan lengkap. Namun, diperkirakan ada puluhan bahkan ratusan dari restoran skala kecil, menengah, hingga besar. “Sayangnya, tidak semuanya bergabung ke PHRI. Selama ini baru ada 11 restoran yang bergabung dari sekian puluh yang ada. Tiga restoran di antaranya baru bergabung belum lama ini, yakni RM Dapur Sambel, RM Nyak Ireng, dan RM Sekar Sambel,” paparnya.
Tidak banyaknya restoran yang bergabung ke PHRI, kata Edi memang tidak sedikit kendalanya. Salah satunya masih banyak beranggapan bahwa bergabung di organisasi tidak ada gunanya alias tidak bermanfaat bagi kelangsungan bisnisnya. “Padahal anggapan itu tidak benar. Banyak manfaat diperoleh, seperti teman. Dari teman, bisa jadi mitra bisnis yang artinya menambah jaringan usaha. Anggota PHRI juga tidak hanya hotel dan restoran saja, melainkan dari unsur lain seperti pemerintah, institusi pendidikan, media masa, bahkan aparat keamanan,” jelasnya.
Menurut Pemilik Rumah Makan Ayam Goreng Bu Tatik, Suharso anggapan bahwa masuk organisasi tidak ada manfaatnya memang wajar. Sebab, selama ini para pengusaha restoran merasa dianaktirikan di organisasi. “Padahal, sebenarnya tidak ada istilah anak emas dan anak tiri. Semua berjalan bersama, maju bersama, dan kalau ada kesulitan dicari solusinya secara bersama-sama. Saya sendiri merasakan betul manfaatnya setelah sekian lama bergabung dalam PHRI,” terangnya.
Di luar itu, lanjutnya memang bisnis restoran tengah berkembang bagus. Terlebih iklim investasi yang makin baik, makin mendorong pengusaha mengembangkan bisnis rumah makannya. “Persaingan jelas ada dan itu adalah tantangannya. Persaingan bukan untuk ditakuti, tapi justru menjadi pecut bagi kita untuk terus meningkatkan pelayanan kepada pelanggan,” tandasnya.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Baca Juga:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar