---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
MAGELANG - Pertemuan antara pedagang pemilik kios Pasar Rejowinangun Jalan Mataram Magelang dengan investor di Bond Cofee pada Kamis (16/2) malam betul-betul misterius. Selain hanya melibatkan sebagian pedagang, jawaban pejabat Pemkot Magelang yang hadir dalam pertemuan tersebut juga tak kompak.
Dalam pertemuan itu juga melibatkan organisasi masyarakat seperti Macan Tidar, sebagai keamanan, untuk memfilter siapa saja yang boleh hadir. Bahkan koran ini dan beberapa media lain, diminta tak meliput kegiatan tersebut tanpa alasan yang jelas.
“Agar situasi kondusif, mohon agar kegiatan ini tidak diliput,” pinta Karim dari Macan Tidar kepada sejumlah wartawan.
Sebelum ada permintaan tak meliput, wartawan sempat bersalaman dengan Ketua Tim Koordinasi Kerja Sama Daerah (TKKSD) Sugiharto. Terlihat hadir pula Plt Kepala DPU Agus Susatyo, Kabag Humas Protokol dan Santel Bambang Suprawata, Kabid Cipta Karya DPU Handini dan pejabat lainnya.
Usai pertemuan, Agus Susatyo mengaku mendahului pulang lebih awal dari rombongan kunjungan kerja Komisi C DPRD Kota Magelang ke Lombok NTB. Ia beralasan ada pertemuan dengan Walikota Sigit Widyonindito pada Kamis (16/2) pagi.
Kemudian malam harinya harus mengikuti pertemuan antara investor dengan pedagang kios Jalan Mataram. “Saya ikut pertemuan karena diundang investor. Kalau harga belum ada kesepakatan, tapi kalau tata letaknya sudah,” jelasnya. Ketua TKKSD yang juga Sekda Sugiharto mengakui kehadiranya atas undangan investor. “Cuma datang saja. Undangan dari investor. Tapi kalau mau tanya yang lainnya, silahkan tanya ke kabag Humas,” kilah mantan kepala Disdukcapil ini.
Jawaban berbeda muncul dari Bambang Suprawata. Kabag Humas ini justru mengemukakan pertemuan antara pedagang dengan investor difasilitasi pemkot.
“Pemkot yang menfasilitasi, agar deal, tercapai kesepakatan harga,” ujar Bambang.
Padahal sebelumnya, Bambang mengaku tak tahu-menahu soal sosialisasi tersebut. Bahkan ia mengaku tidak mendapat undangan dan berjanji akan memberitahu wartawan kalau ada sosialisasi. “Yang memberitahu Dinas Pengelolaan Pasar (DPP),” kelitnya.
Kepala UPTD Pasar Rejowinangun Harry Soeprijadi mengemukakan penyebaran undangan sosialisasi ke pedagang dilakukan atas perintah DPP. “Yang mengeluarkan undangan bukan dari UPTD. Kami hanya menjalankan tugas saja, yaitu membagikan ke pedagang. Yang memerintah jajaran pimpinan DPP,” ungkapnya.
Sebelumnya Harry Soeprijadi menjelaskan bukan undangan, karena tak ada stempel, kop surat ataupun tanda tangannya. Tapi hanyaemberitahuan untuk mengikuti sosialisasi dari investor.
Selain misterius dalam persoalan pembangunan pasar, kalangan pedagang menilai bahwa ada pihak yang berusaha memecah-belah pedagang kios, terutama yang ada di Jalan Mataran dan PJKA. “Iya, memang serba tidak jelas dan ada upaya memecah belah. Tetapi pedagang sudah punya sikap. Jadi tidak mudah dipengaruhi dengan upaya pecah belah ini,” tandas Ketua Perwakilan Pedagang Pasar Rejowinangun (P3R) Nasirudin Hadi, yang juga hadir dalam pertemuan Kamis Malam, mewakili tujuh orang pedagang Jalan Mataram.
Sumber : Radar Jogja
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Baca Juga:
-Ekspor Tembakau Krosok Magelang Mandek-Aktivitas Vulkanik Gunung Merapi Meningkat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar