---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
MAGELANG – Tahun 2011 merupakan tahun tersulit bagi industri tembakau krosok (tembakau untuk cerutu) Kota Magelang dalam menembus pasar ekspor terutama Eropa. Sebab, market Eropa sudah tidak lagi menjanjikan karena aturan merokok semakin ketat.
Kondisi ini berdampak pada penurunan volume dan nilai ekspor Kota Magelang selama 2011. Begitu juga mengurangi komoditas unggulan menjadi hanya dua, yakni kulit sapi (jadi dan setengah jadi) dan laminating board.
Kepala Bidang Perdagangan Dinas Koperasi, Industri, dan Perdagangan (Diskoperindag) Kota Magelang, Djoko Soetiono mengatakan, tembakau krosok sudah sulit masuk Eropa. Aturan merokok di sana makin ketat karena banyak yang mulai sadar kesehatan.
"Sebenarnya, tren ekspor tembakau krosok tiga tahun terakhir (2008-2010) stabil di angka 30.800 kilogram senilai 33.880 Euro. Namun, masuk 2011, ekspor produk ini benar-benar berhenti," ujarnya di kantornya, Jumat (17/2).
Beruntung, saat tembakau krosok mandek, komoditas kulit sapi wet blue (kulit sapi samakan) bangkit. Selama dua tahun (2009-2010), komoditas itu sempat berhenti karena krisis. Tapi kemudian bangkit di tahun 2011 dan berhasil kembali menembus pasar internasional.
"Volume ekspor kulit sapi wet blue tahun 2011 mencapai 358.752,75 Square Feet (SQ FT) senilai US$ 669.564. Angka ini melonjak tajam dari tahun 2008 dan 2007 yang hanya 127.898,25 SQ FT dan 100.600,50 SQ FT senilai US$ 196.843,86 dan US$ 149.581,63," katanya.
Kepala Seksi Ekspor-Impor, Info Pasar, dan Perlindungan Konsumen Diskoperindag, Ismail menambahkan, komoditas tembakau krosok memang sudah tidak mungkin diandalkan lagi. Pihaknya sekarang fokus mengembangkan pasar kulit sapi wet blue yang diprediksi ekspor tahun 2012 naik.
"Pasar kulit sapi samakan banyak ke Eropa, seperti Italia dan Yunani. Pasar di kedua negara ini bagus, tapi sebenarnya masih banyak negara lain yang potensial. Misalnya, Korea, Hongkong, dan Singapura," paparnya.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Baca Juga:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar