---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
 |
| inilah.com |
Jakarta - Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI-KPSI telah melahirkan pengurus-pengurus baru PSSI. Banyak pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan.
KLB digelar oleh lebih 2/3 jumlah anggota pemilik suara PSSI, dan didukung oleh lebih dari 2/3 total anggota PSSI. Para anggota ini sebelumnya telah menyatakan mosi tidak percaya terhadap kepemimpinan ketua umum PSSI yang terpilih Juli 2011 lalu, Djohar Arifin Husin, dan jajaran pengurusnya.
Sebanyak 474 anggota, 81 diantaranya merupakan pemilik suara, berpartisipasi pada KLB yang digelar di Hotel Mercure, Ancol, Jakarta, Sabtu-Minggu (17-18 Maret 2012).
Pada pemilihan ketua umum, mantan anggota Komite Eksekutif PSSI dan mantan ketua Pengurus PSSI tingkat Provinsi (Pengprov) Jawa Timur, La Nyalla M. Mattalitti, terpilih sebagai ketua umum, didukung 79 pemilik suara. Sementara Direktur Teknik Pelita Jaya, Rahim Soekasah, didaulat oleh 76 pemilik suara untuk menjadi wakil La Nyalla.
Selain itu, sembilan anggota komite eksekutif PSSI juga telah dipilih lewat kongres yang sama. Mereka adalah Toni Aprilani , Erwin Dwi Budiawan, Robertho Rouw, Zulfadhli, Djamal Azis, Hardi Hasan, Ahmad Zaki Iskandar, La Siya dan Diza Ali.
Setelah terpilih, kesebelas figur di jajaran komite eksekutif ini tidak punya waktu untuk berpesta. “Besok, setelah semua pengurus terpilih, kita akan langsung adakan rapat exco (komite eksekutif),” terang ketua umum.
Ya, ada banyak hal yang harus segera dibereskan. Yang terutama adalah dualisme kompetisi. Hal ini menjadi penyebab melebarnya perpecahan hingga ke akar rumput anggota PSSI, mulai elit pengurus pusat, pengprov, pengcab hingga ke anggotanya. Dualisme kompetisi ini pula yang membuat prestasi timnas anjlok dalam sekejap.
Pembentukan Liga Primer Indonesia (IPL) dan kasta turunannya oleh PSSI, untuk menggantikan liga yang sudah berjalan selama empat tahun dan cukup mapan dalam sistem penjenjangan, Liga Super Indonesia (ISL) dan divisi turunannya, mendapat penolakan keras dari mayoritas anggota.
Klub-klub pun terbelah. Sebagian memilih pindah ke IPL, sementara mayoritas klub-klub elit, didukung sejumlah anggota PSSI lainnya seperti pengprov dan pengcab, tetap menggulirkan ISL. Beberapa klub bahkan mengalami konflik internal dan berujung pada munculnya klub kembar. Satu bersaing di IPL, satu berlaga di ISL, keduanya menggunakan nama yang sama.
Kian buruk, perpecahan merembet ke tingkat suporter. Salah satu kelompok suporter yang terkenal dari Jawa Timur menyerang sesamanya hanya karena beda haluan. Tanpa persatuan, mustahil sepak bola nasional bisa maju.
Sadar akan hal ini, kabinet La Nyalla meletakkan persatuan sepak bola nasional sebagai target utama kepengurusannya. “Semua komponen harus kita rangkul, tidak ada perpecahan, yang ada persatuan untuk kemenangan timnas," tandasnya.
Sembari menyusun strategi untuk mempersatukan kembali sepak bola nasional yang sedang berkonflik, di saat yang bersamaan, kabinet La Nyalla juga harus mulai membangun sistem yang terkoordinasi untuk meningkatkan kualitas tim nasional.
Hal ini diungkapkan wakil ketua umum terpilih, Rahim Soekasah. “Untuk jangka pendek, kita akan maksimalkan pemain-pemain senior yang ada. Jika selama ini hanya level 16 besar Asia, kita akan coba tingkatkan setidaknya ke delapan besar atau bahkan empat besar,” terangnya.
“Jangka panjangnya, kita akan mulai dari usia muda lewat kelompok umur berjenjang, mulai dari U-15, U-17, U-19 dan seterusnya hingga kemudian ke senior,” papar Rahim.
Untuk menyatukan sepak bola nasional, La Nyalla berniat menggandeng dua figur besar, yang disebut-sebut saling serang hingga menyebabkan terpuruknya sepak bola nasional. Keduanya adalah Nirwan Bakrie dan Arifin Panigoro.
Ini adalah langkah tepat untuk diwujudkan. Pasalnya, Nirwan adalah figur dibalik terbentuknya ISL yang sudah mapan, sementara AP, yang disebut-sebut berada di belakang jajaran pengurus yang terpilih 9 Juli 2011, punya rancangan program pembinaan usia muda yang patut diapresiasi.
Dengan menyatukan keduanya, kabinet La Nyalla tidak perlu repot-repot merancang kompetisi dari awal dan tidak perlu susah-susah merancang program pembinaan usia muda dari nol. Selain itu, dan yang terutama, jika hal ini benar-benar terwujud, pengurus ini akan pantas disebut sebagai peletak dasar persatuan sepak bola nasional.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Baca Juga:
-Dua Pekerjaan Rumah Pengurus Baru PSSI
-Malam Ini, La Nyalla Tentukan Sekjen PSSI
-Ketua KPSI: Tidak Ada Politik Uang Di KLB KPSI
-Persib Keok di Gresik
-Inilah Kronologi Lengkap Perseteruan PSSI dan KPSI
-Keputusan CAS Perkuat Legalitas PSSI-Dua Pekerjaan Rumah Pengurus Baru PSSI
-Malam Ini, La Nyalla Tentukan Sekjen PSSI
-Ketua KPSI: Tidak Ada Politik Uang Di KLB KPSI
-Persib Keok di Gresik
-Inilah Kronologi Lengkap Perseteruan PSSI dan KPSI
-Arema raih kemenangan telak atas PSM 4-0
-Kongres PSSI : Dari Cari Bibit hingga Bubarkan Kompetisi
-CAS lebih Mendengar Penjelasan PSSI
-Djohar Ajak KPSI Selesaikan Dualisme Liga Secara Damai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar