Regina Rukmorini | Agus Mulyadi
MAGELANG, KOMPAS.com - Lebih dari sembilan alat berat beroperasi menambang pasir di sedikitnya tiga lokasi di tiga sungai di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, yang berhulu di Gunung Merapi. Hampir semua kegiatan penambangan ilegal itu digerakkan warga sekitar, dengan alasan untuk melakukan normalisasi sungai.
Kepala Seksi Pembinaan dan Penegakan Perda Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Magelang, Luis Taribaba, Jumat (18/11/2011), mengatakan, semua kegiatan penambangan ini akan ditertibkan dan diteliti lebih lanjut, karena proyek normalisasi sungai sepenuhnya menjadi wewengan dari Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Serayu Opak.
"Kami merasa perlu menyelidiki dan menertibkan penambangan, karena dari kegiatan yang dilakukan dengan alasan untuk normalisasi tersebut, pelaku penambangan juga tetap menarik keuntungan dengan menjual pasir yang telah dikeruk," ujar Luis.
Penambangan pasir menggunakan alat berat ini marak berlangsung selama musim hujan dua bulan terakhir.
Di Kali Pabelan, terpantau ada kegiatan penambangan di dua lokasi yang menggunakan empat alat berat. Di Kali Senowo, lima alat berat digunakan untuk menambang pasir di satu lokasi, sedangkan di Kali Putih, jumlah alat berat belum terdata.
Kegiatan penambangan dengan menggunakan alat berat tersebut melanggar Peraturan Bupati Magelang Nomor 01 tahun 2011 tentang pengusahaan bahan galian golongan C hasil Gunung Merapi. Dalam peraturan itu disebutkan, kegiatan penambangan yang diizinkan adalah penambangan rakyat yang dilakukan secara manual dengan sekop atau cangkul.
Adi, warga Dusun Kemiren, Desa Jumoyo, Kecamatan Srumbung, mengatakan, maraknya penambangan pasir ini berlangsung selama dua minggu terakhir. Setiap hari ratusan truk lewat, dan kerap membawa muatan melebihi batasan tonase.
"Banyaknya truk pasir yang lewat dengan muatan yang berlebihan, membuat jalan Dusun Kemiren pun saat ini berangsur rusak dan berlubang-lubang," ujarnya.
Tidak hanya itu, kegiatan penambangan liar dengan menggunakan alat berat tersebut dilakukan secara sembarangan dan merusak banyak saluran irigasi dan tanggul-tanggul di tepi sungai.
"Karena kegiatan penambangan yang tidak terkendali itu, maka beberapa waktu lalu, air irigasi di Dusun Kemiren sempat berhenti mengalir," ujarnya.
Terkait penambangan itu, Kepala BBWS Serayu Opak, Bambang Hargono, mengatakan, kegiatan normalisasi sungai yang dilakukan BBWS sudah selesai. Semua alat berat yang kini masih beroperasi mengeruk material di sungai adalah di luar tanggungjawabnya dan bukan bekerja di bawah instruksi BBWS.
Regina Rukmorini | Agus Mulyadi
Magelang Hari Ini : 20 Nopember 2011
-Jusuf Kalla, Relawan Harus Siap Hadapi Lahar Dingin
-Rumah untuk 746 Keluarga Dibangun Tahun 2012
-Macan kumbang masih hidup di lereng Merapi
-Jejak Macan Kumbang Ditemukan di Hulu Kali Putih
-PARIPURNA APBD 2012 KABUPATEN MAGELANG PANAS
-Pemanasan, Golfer SMGC Berlaga di Magelang
-Cita Rasa Khas Brongkos Pecel Mbok Teguh
-Ngaku Debt Collector, Rampas Motor Pelajar
-MESKI DENGAN PERALATAN TERBATAS ; E-KTP Kota Magelang Tetap Lancar
-Lebih Dari 9 Alat Berat Digunakan Menambang Pasir
-Bayi Baru Lahir Ditemukan dalam Kardus di Teras Rumah Kadus
Regina Rukmorini | Agus Mulyadi
Magelang Hari Ini : 20 Nopember 2011
-Jusuf Kalla, Relawan Harus Siap Hadapi Lahar Dingin
-Rumah untuk 746 Keluarga Dibangun Tahun 2012
-Macan kumbang masih hidup di lereng Merapi
-Jejak Macan Kumbang Ditemukan di Hulu Kali Putih
-PARIPURNA APBD 2012 KABUPATEN MAGELANG PANAS
-Pemanasan, Golfer SMGC Berlaga di Magelang
-Cita Rasa Khas Brongkos Pecel Mbok Teguh
-Ngaku Debt Collector, Rampas Motor Pelajar
-MESKI DENGAN PERALATAN TERBATAS ; E-KTP Kota Magelang Tetap Lancar
-Lebih Dari 9 Alat Berat Digunakan Menambang Pasir
-Bayi Baru Lahir Ditemukan dalam Kardus di Teras Rumah Kadus
Tidak ada komentar:
Posting Komentar