---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
MAGELANG - Sejumlah pengusaha Australia dan Amerika mengurangi pesanan mebel kayu dan kerajinan batu dari Kabupaten Magelang. Mereka berasalan krisis ekonomi dunia yang mencengkram negara-negara Eropa membuat laju ekonomi melambat.
Kondisi ini memaksa mereka untuk mengurangi dan bahkan ada yang menunda pesanan. Akibatnya, produksi kerahjinan batu dan mebel kayu di Kabupaten Magelang menjadi lesu. "Volume ekspor mebel dan kerajinan pahat batu menurun tajam," kata pemilik Sanggar Kerajinan Batu Setiabudi Heri Setiabudi.
Menurut Heri kondisi ini mulai terjadi setahun terakhir paskaerupsi Gunung Merapi. Disebutkan bahwa pengurangan pesanan pertama kali dilakukan importir asal Australia dan kemudian disusul pengusaha Amerika Serikat.
Padahal, kata dia, kedua negara ini adalah tujuan eskpor utama produknya. Dalam sebulan, Heri bisa mengirimkan tiga hingga empat kontainer ke kedua negara tersebut. Kini Sanggar Kerajinan Batu Setiabudi hanya memproduksi satu hingga dua kontainer per bulan.
Produk kerajinan batu tersebut diekspor ke beberapa negara di Asia, dan Eropa. Setiap pengiriman satu kontainer yang mampu memuat 18 ton dengan nilai lebih dari Rp 100 juta. Agar tetap berproduksi, Heri mencoba menggarap pasar alternatif di negara-negara Asia. Mereka juga menyukai produk kerajinan batu asal Magelang namun biasanya hanya memesan secara eceran, berkisar lima hingga 10 buah per produk kerajinan batu.
Sementara itu, perajin mebel akar kayu Muhammad Arwan, 50, mengatakan pihaknya membuat mebel sesuai dengan permintaan pasar. Pemilik Root Art Centre and Furniture membuat mebel berkisar seperempat atau setengah kontainer perbulan. Jumlah ini sedikit menurun dari biasanya yang sebanyak satu kontainer mebel per bulan. Satu kontainer biasanya membuat puluhan produk mebel bernilai Rp 30 juta hingga Rp 50 juta. Negara-negara Eropa dan Amerika menjadi tujuan ekspor mebel Root Art Centre and Furniture.
Disebutkan bahwa kondisi ekonomi Eropa yang lesu membuat mereka seringkali menunda pembayaran. "Kami sempat menyimpan 100 unit mebel selama lima bulan karena belum dibayar pelanggan dari Belanda. Mereka menunggu kondisi ekonomi membaik," katanya.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Baca Juga:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar