---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
JANTUNG HATI: Mantan Mengko Ekuin Prof Dr Dorodjatun Kuntjoro Jakti dan penulis Eka Budianta meluncurkan Buku ‘Jantung Hati Borobudur’. (suaramerdeka.com/ MH Habib Shaleh) |
MAGELANG -Balai Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI) meluncurkan buku ‘Jantung Hati Borobudur’ di kompleks Taman Wisata Candi Borobudur, Rabu (18/4). Peluncuran buku ini dalam rangka memeringati Hari Pusaka Dunia (World Heritage Day) yang jatuh 18 April 2012.
Buku ‘Jantung Hati Borobudur’ diluncurkan oleh mantan Mengko Ekuin Prof Dr Dorodjatun Kuntjoro Jakti dan penulis Eka Budianta. Acara ini juga dihadiri ratusan seniman dan aktifis Gafatar serta ribuan pengunjung Candi Borobudur.
Peluncuran buku ini berbarengan dengan acara Ruwat Rawat candi Borobudur yang dilakukan Komunitas Warung Info Jagat Cleguk dan Padepokan Lemah Putih Karanganyar. Buku ini membahas tentang berbagai persoalan Candi Borobudur dari kaca mata 'orang asli' Borobudur, akademisi, penulis, dan seniman.
Dikatakan, buku ini merupakan kumpulan cerita-cerita dari masyarakat tentang kehidupan dan keberadaan Candi Borobudur. Sejauh ini masih ada orang-orang Borobudur 'asli' yang kurang merasakan manfaat keberadaan candi peninggalan Wangsa Syailendra tersebut. "Buku ini berbeda dengan buku lain," kata editor buku Eka Budianta.
Eka berharap, buku ini dapat menceritakan Borobudur ke seluruh belahan dunia. "Kecintaan kita akan Borobudur, akan terus berkembang. Cinta itu pula yang harus diteruskan dan dikembangkan,” katanya.
Menurut Eka meski Borobudur merupakan karya agung nenek moyang namun dia tetaplah benda menetap yang tidak bisa berpindah tempat. Ini berbeda dengan buku tentang Borobudur yang akan bisa dibawa ke mana saja dan menyebar luaskan ajaran-ajaran adiluhung.
”Buku ini banyak memberi ide dan gagasan tentang bagaimana menjaga, merawat, melestarikan dan mengembangkan Candi Borobudur. Namun begitu, masih banyak yang harus kita uji ke depannya. Buku ini sangat bagus,” kata Dorodjatun sambil membagikan buku kepada para tokoh yang hadir.
Dorodjatun hadir dalam kapasitasnya sebagai Wakil Ketua I Dewan Pimpinan Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI). Lembaga yang didirikan sejak tahun 2003 ini aktif mengkampanyekan pelestarian warisan budaya nenek moyang.
"Warisan dalam bentuk budaya ini tidak seperti bangunan. Bangunan lebih mudah melestarikannya. Namun budaya sangat sulit, kita perlu mendorong pelestarian sumber-sumber budaya yakni manusia yang memiliki kebudayaan tersebut," kata dia.
Dia mengaku bangga dengan kesenian yang berkembang di sekitar masyarakat Candi Borobudur yang tetap lestari. "Sejak saya kecil hingga sekarang tetap hidup. Ini pantas diapresiasi. Sebelum ini kami melakukannya di Danau Toba dan Bali," katanya.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Baca Juga:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar