---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
 |
| MENINGGAL DUNIA: KH Suyono Nur Wahadi atau Abah Ali (kopiah dan surban putih) meninggal dunia di RSUD Salatiga pada Selasa malam (14/2). (suaramerdeka.com/ MH Habib Shaleh) |
MAGELANG -Pendiri sekaligus Ketua Guruh Merapi KH Suyono Nur Wahadi atau Abah Ali meninggal dunia di RSUD Salatiga pada Selasa malam (14/2). Relawan senior ini meninggal dunia akibat penyakit diabetes militus.
Almarhum sebelumnya menjalani perawatan di RS Elysabet Semarang selama 2 minggu. Pihak keluarga kemudian memindahkan Abah Ali ke RSUD Salatiga. Meski sudah menjalani perawatan selama lima hari kondisi almarhum tidak membaik dan kemudian meninggal dunia. Wafatnya ulama kelahiran 21 Mei 1952 ini meninggalkan duka mendalam tidak hanya bagi keluarga besar relawan Guyub Rukun Handarbeni Merapi (Guruh Merapi) namun juga komunitas relawan lainnya.
Maklum selama erupsi Gunung Merapi Abah Ali berjasa besar dalam menangani pengungsi. Demikian juga ketika terjadi banjir lahar dingin ia selalu aktif memantau langsung di sungai. Abah Alilah yang memelopori berdirinya relawan Guruh Merapi guna memberikan dukungan komunikasi kepada masyarakat terkait banjir lahar. Warga Kecamatan Secang ini dimakamkan di tanah kelahirannya di Desa Kopeng, Salatiga pukul 12.00 WIB kemarin. Ia meninggal dua orang istri dan tiga orang anak dari istri kedua.
"Kami merasa sangat kehilangan relawan sejati. Waktu erupsi beliau ngedrop makanan ke sana ke mari untuk para pengungsi, siang dan malam tanpa mengenal waktu. waktu lahar dingin meski hujan ia tetap ke sungai," kata rekan dekat almarhum Iwan Agus.
Iwan, yang juga Wakil Ketua Guruh Merapi, mengatakan bahwa pihaknya akan melanjutkan kerja-kerja sosial almarhum. Ia menegaskan bahwa Guruh Merapi akan tetap eksis dan meneruskan program 3 tahun ke depan. "Program 3 tahun Guruh Merapi akan dilanjutkan. Kami juga tidak akan mengubah susunan pengurus demi menghormati jasa Abah Ali. Wasiat beliau soal bakti sosial dan penyantunan fakir miskin akan kami lakukan," kata dia.
Iwan mengatakan bahwa dalam jangka tiga tahun Guruh Merapi akan dikembangkan menjadi komunitas relawan berskala nasional. Jumlah relawan yang kini mencapai 320 juga akan ditambah lagi. Mereka tidak hanya berasal dari sekitar Kecamatan Dukun saja namun juga tersebar di daerah lain seperti Ngluwar, Muntilan, Srumbung dan lainnya.
Selain itu, Guruh Merapi juga memantau delapan sungai berhulu di Gunung Merapi yakni Kali Apu, Tringsing, Ladon, Jluweh, Senowo, Pabelan, Lamat, Blongkeng, dan Kalin Putih. Para relawan disebar ke titik-titik rawan limpasan banjir lahar. "Kami memantau sungai dari hulu sampai hilir. Dengan demikian masyarakat akan bisa mengetahui kondisi lingkungan mereka lewat laporan lengkap dari relawan kami. Jika ada masyarakat yang terancam bisa langsung dievakuasi," kata Iwan.
Saat ini, kata Iwan, repeater Guruh Merapi bisa didengar di seluruh Jawa Tengah, kemudian Majalengka, dan Tasikmalaya di Jawa Barat serta Ngawi di Jawa Timur. "Kami ingin bisa didengar di seluruh Jawa dan tidak hanya berfokus soal pemantauan erupsi dan lahar Merapi namun juga bencana alam lainnya," kata Iwan.
Sementara itu, Ketua GP Ansor Kabupaten Magelang Chabibullah mengaku pihaknya sangat kehilangan sosok Abah Ali. Ia dinilai sebagai tokoh relawan Merapi yang penuh keikhlasan dan kesederhanaan sehingga menjadi spirit dan motivasi relawan Merapi lainnya. "GP Ansor merasa sangat kehilangan meninggalnya Abah Ali. Ia adalah inisiator relawan informasi Merapi. Ia pantas menjadi teladan kita semua," kata Chabibullah.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Baca Juga:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar