JAMU SESAK NAFAS, ASMA SEMBUH PERMANEN

Kabar gembira, Bagi anda atau saudara/teman anda yang menderita sesak napas,asma, karena merokok atau sebab lain, kini tersedia obatnya, InsyaAllah sembuh, 90 % pasien kami sembuh total, minimal bebas kertegantungan obat. Bagi anda yang ingin mencoba (sample gratis), SMS nama dan alamat , kirim ke 081392593617. Klik Disni

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Rabu, 14 Maret 2012

Inspirasi Magelang : Dari Kayu Jadilah Topeng

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kalau Sujono (42) melihat banjir lahar dingin dari Gunung Merapi melintas alur Kali Pabelan, dia tak sekadar ingin meluapkan keinginan memandang takjub peristiwa alam itu.
Banjir lahar Merapi, tak juga memompakan minat Jono yang warga Dusun Keron, Desa Krogowanan, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah itu menjadi pengeruk pasir atau penambang batu sebagaimana umumnya masyarakat.
Desanya sekitar satu kilometer utara Kali Pabelan, salah satu di antara sejumlah sungai yang menjadi jalur banjir lahar Merapi, sejak fase erupsi akhir 2010. Ia tinggal di desa sekitar 13 kilometer barat puncak Gunung Merapi dan 10 kilometer selatan puncak Gunung Merbabu itu.
Hulu Sungai Pabelan merupakan pertemuan antara alur Kali Tringsing dengan Apu, hanya beberapa meter timur Jembatan Tlatar, penghubung Kecamatan Sawangan dengan Dukun, sedangkan salah satu ruas Kali Pabelan adalah muara Sungai Senowo. Sejumlah sungai itu aliran airnya berhulu di kawasan puncak Merapi.
"Kalau ada kabar ’Mbelan’ (Sungai Pabelan) banjir, ya saya lari ke sungai untuk melihat ’gemludhug’ (gemuruh, red.) banjir. Dan yang saya incar kayu ’tangsangan’ (tersangkut, red.)," kata Jono yang suami Tubiyati (32) dengan dikarunia dua anak bernama Indragading (13) dan Bondan Pratoto (3) itu.
Sejak 1991, setelah bekerja sebagai buruh pabrik keramik di salah satu perusahaan di Semarang, Jono yang tak lulus sekolah di jurusan otomotif salah satu sekolah menengah kejuruan di Muntilan, Kabupaten Magelang itu pulang kampung dan menjadi pembuat topeng kayu secara autodidak. Alat utamanya satu set tatah (30 batang berbagai ukuran), gandin, dan gergaji.
Menjadi pembuat topeng, memang bukan cita-cita Jono. Keinginannya menjadi tentara tak kesampaian. Selama di Semarang beberapa tahun, ia hidup antara lain menjadi gelandangan, pengamen jalanan, dan kemudian buruh di salah satu pabrik keramik.
"Saya pulang. Ingat waktu SMP juara melukis tingkat kecamatan, tapi tak punya uang untuk membeli kuas, kanvas, dan cat. Datang bakul barang antik membawa kentongan, minta dibuatkan topeng untuk hiasan kentongan. Saya sanggupi saja, padahal saya tidak punya kemampuan untuk itu," katanya sambil tersenyum dan kemudian menghisap sebatang rokok.
Sambil numpang bekerja selama beberapa bulan di rumah bakul barang antik di Salam, Kabupaten Magelang yang berbatasan dengan Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai pembuat topeng kayu, di rumahnya ia juga berkarya topeng sendiri untuk melayani pesanan bakul barang seni dan antik lainnya.
Hingga saat ini pekerjaan itu ditekuni Jono, sedangkan jaringan pemasaran topeng kayunya makin luas antara lain melalui aktivitas berkesenian bersama warga dusunnya yang tergabung dalam Komunitas Lima Gunung (Merapi, Merbabu, Andong, Sumbing, Menoreh). Ia saat ini juga memimpin komunitas seniman petani setempat bernama "Sanggar Saujana" Dusun Keron dengan sedikitnya 60 anggota.
Kayu "tangsangan" di tepi Kali Pabelan yang dijumpainya di wilayah Desa Krogowanan dan Nglumut, Kecamatan Sawangan, ia ambil saat banjir lahar sudah reda. Kayu itu lalu dibawanya pulang untuk direndam di kolam dekat rumahnya selama empat hingga tujuh hari agar mudah atau lebih empuk ditatah menjadi topeng.
Sejumlah orang sekitar aliran sungai itu, katanya, ada yang pernah mengingatkan tentang keberaniannya mengambil kayu "tangsangan" banjir lahar terkait dengan kepercayaan masyarakat setempat tentang akibat buruk yang bisa menimpanya.
"Saya jawab, sudah izin dengan sungai. Memang masih ada kepercayaan, siapa mengambil barang yang dibawa banjir lahar bisa sakit, keluarganya celaka, atau kayunya ’pating gelodhak’ (bunyi ribut, red.) di rumah. Tapi memang saya biasanya jongkok di tempat kayu ’tangsangan’ untuk berdoa, memberitahu kalau kayu itu akan saya manfaatkan untuk bikin topeng. Lalu ’cangking’ (ambil, red.)," katanya.
Ia mengaku membayar pembelian kayu "tangsangan" itu kepada pemilik lokasi di tepi Sungai Pabelan, tempat kayu tersebut tersangkut. Kayu "tangsangan" untuk panjang tiga meter dengan garis tengah 30 centimeter seharga Rp200.000.
Topeng kayu karya Jono antara lain berupa wajah punakawan (Wayang Mahabharata), klana (wayang panji), grasak (tarian tradisional), topeng saujana (aneka satwa seperti orong-orong, nyamuk, kecoa, capung, belalang, wawung, dongkeret, gasir, dan kupu), serta patung "loro blonyo" berupa sepasang pengantin yang biasanya untuk properti ruangan pesta pernikahan dan hiasan rumah adat Jawa.
Pada April 2011, karya "loro blonyo" Jono tercatat Museum Rekor Dunia Indonesia (Muri) di nomor urut 4.835 sebagai patung bentuk tersebut yang terbesar dengan tinggi patung pengantin laki-laki tiga meter dan lebar 1,70 centimeter (laki-laki), sedangkan perempuan setinggi 2,6 meter dengan lebar 1,08 centimeter.
Patung itu terbuat dari enam meter kubik berbagai jenis kayu limbah dampak erupsi Merapi akhir 2010 seperti pohon besiar, salam, mahoni, dan rambutan.
Patung "loro blonyo" raksasa itu juga pernah diarak oleh ribuan seniman di kawasan Candi Borobudur pada acara bertajuk "Borobudur Bangkit Bersama",  17 April 2011, sebagai upaya membangkitkan kepariwisataan Candi Borobudur pascaerupsi Merapi 2010.
"Sampai sekarang kami simpan di galeri kami dan menjadi salah satu tontonan menarik pengunjung Candi Borobudur," kata pengelola Galeri Unik dan Seni Borobudur Indonesia (GUSBI) di Bukit Dagi, kompleks Taman Wisata Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Umar Khusaeni.
Belum lama ini, Jono membuat kreasi baru dengan nama topeng jagat sebanyak 50 buah. Hingga saat ini, karya tersebut terpajang di Studio Mendut, sekitar 300 meter timur Candi Mendut, Kabupaten Magelang. Topeng jagat berupa tatahan berbentuk wajah karakter antara lain orang Jepang, Australia, Korea, Brunei Darussalam, dan Belanda. Studio tersebut hampir setiap hari dikunjungi wisatawan mancanegara.
Jono memang tak hanya bertumpu kepada penghidupan sebagai pembuat topeng kayu, tetapi ia juga pencipta tarian untuk pementasan anggota sanggar keseniannya seperti tari ande-ande lumut, topeng saujana, jingkrak sundang, topeng kencono, dan kukilo gunung.
Selain itu, Jono juga pelukis, pembuat patung batu, dan menerima pesanan pembuatan kostum tarian tradisional. "Tetapi membuat topeng kayu lebih mudah untuk mendapatkan uang untuk kebutuhan sehari-hari keluarga dan menyekolahkan anak," kata Jono yang pada 2011 desanya sebagai tuan rumah Festival Lima Gunung Ke-10 dengan sekitar 5.000 penonton baik berasal dari desa-desa setempat maupun pegiat seni, budayawan, dan pemerhati seni berbagai kota besar. Festival itu ajang tahunan seniman petani yang tergabung dalam KLG.
Bahan baku topeng antara lain dari kayu pule, nangka, mahoni, rambutan, pinus, dadap, dan beringin. Pascaerupsi Merapi akhir 2010, ia cukup banyak memanfaatkan berbagai pohon yang mati akibat hujan abu vulkanik berhari-hari untuk membuat topeng.
Kayu batangan itu dibeli dari warga pemilik pohon, rata-rata seharga Rp100.000 per batang. Sebelum erupsi Merapi itu, Jono membeli bahan baku topengnya seharga Rp500.000, untuk setiap kayu batangan dengan panjang 10 meter dan diameter satu meter.
Pasokan bahan baku topeng kayunya berasal dari pemilik pohon di sekitar desanya seperti Dusun Nglulang, Bancak, Karanglo, Keron (Desa Krogowanan), Dusun Bawangan (Kapuhan), dan Krinjing (Kecamatan Dukun).
Pada hari biasa, Jono dibantu saudaranya bernama Bambang Sunaryo (31) memproduksi topeng, sedangkan saat banyak pesanan, ia merekrut tiga pemuda dusun setempat yakni Fredy Hanifa (30), Indramawan Bagor (26), Muhammad Anas (20) untuk memenuhi pasarnya. Mereka mendapat upah Rp200.000 per minggu.
Satu topeng punakawan rampung dikerjakan sehari. Punakawan terdiri atas Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong. Satu topeng grasak rampung empat hari dan topeng saujana tiga hari.
Topeng kayu karyanya yang umumnya dengan panjang 23 centimeter dan lebar 25 centimeter itu, selain untuk hiasan rumah juga dipesan oleh berbagai grup kesenian tradisional di daerah itu.
Pada 1991-1995 harga karya topengnya sekitar Rp25.000 per buah, pada 1995-2000 sekitar Rp50.000, pada 2000-2012 sekitar Rp75.000, sedangkan topeng grasak Rp300.000, dan topeng saujana Rp200.000.
Jaringan pemasaran karyanya antara lain Yogyakarta, Solo, Semarang, dan Borobudur. Mereka selain kalangan grup kesenian tradisional juga pengelola galeri, tempat penjualan barang kerajinan seni. "Para pemesan ada yang mengambil sendiri ke sini, tetapi ada juga yang kami antar," katanya.
Kehidupan harian Sujono yang sederhana itu bertumpu kepada karya topeng kayu. Ia memanfaatkan lingkungan alamnya secara kreatif, termasuk jitu mengincar kayu "tangsangan" banjir lahar Gunung Merapi.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Baca Juga:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bisnis Online Paling Meunguntungkan
Aduh maaak, terima kasih Tuhan, terima kasih webmaster. Saya bisa kuliahkan anak dan membantu biaya berobat ibu saya yg sakit dengan dana ini. Setelah itu saya betul2 percaya bahwa program bisnis ini bener2 bekerja. Sejak itu saya mulai aktif mempromosikan bisnis ini ke siapa saja, lewat email, milis, sms, dll. Sekarang hasilnya sudah lebih dari 500 juta masuk ke rekening bank saya. Sekali lagi terima kasih webmaster program 5 milyar
. Klik Disini

Salam, Bambang Widjatmoko, Surabaya (Kesaksian)

Informasi penting: Teknik Membeli Rumah Terbaik

Masukkan nama & email anda di sini dan dapatkan informasi properti diatas, GRATIS!

Nama:

Email:

Wirausaha Mobil Bekas Pasang Iklan Rumah Kontak Jodoh