---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
LAMA tinggal wisatawan di sekitar Candi Borobudur, saat ini hanya sekitar 3-4 jam/ hari. Padahal, tingkat kunjungan wisatawan baik lokal maupun mancanegara di Candi Borobudur, terus meningkat. Namun demikian, hal itu kurang berdampak pada perekonomian warga sekitar. Tak heran, dari 21 kecamatan di Kabupaten Magelang, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2008, tingkat kemiskinan Kecamatan Borobudur masih berada di urutan tiga besar.
Terkait hal itulah, sejumlah pihak termasuk pemerintah daerah, Taman Wisata Candi Borobudur (TWCB), Unesco, dan lainnya, terus berupaya agar wisatawan yang datang ke Candi Borobudur, semakin betah. Sejumlah kegiatan pun, diadakan. Mulai dari menciptakan desa-desa wisata di sekitar candi, hingga jalan-jalan menggunakan berbagai moda transportasi di antaranya gajah, sepeda onthel, sepeda gunung, dokar maupun lainnya.
”Saat ini, segala upaya terus kami lakukan. Satu harapan kami, agar wisatawan semakin betah berlama-lama tinggal di sini. Jika itu terealisasi, tentu uang yang beredar dan dinikmati warga sekitar juga semakin besar,” kata Sekretaris Daerah Kabupaten Magelang, Drs H Utoyo. Sementara itu, H Isto Suwarno, pemilik Telaga Nursery Prambanan, bercita-cita membuat agrowisata berupa kebun kelengkeng jenis Itoh di sekitar Candi Borobudur. Karena hanya memiliki lahan seluas 4.500 m2 tepat di sebelah barat candi di Dusun Sabrangrowo, Borobudur, ia pun mengajak warga sekitar untuk menanam dan mengembangkan tanaman kelengkeng jenis tersebut.
”Harapan saya, dalam waktu sekitar 2,5 tahun setelah tanam, sudah berbuah dan wisatawan dapat memetik sendiri buahnya. Ya seperti agrowisata buah segar dengan petik sendiri itulah,” katanya di sela-sela tanam bareng kelengkeng Itoh bersama Komunitas Balzer Indonesia Club (BIC) Rayon Yogyakarta, Minggu (18/3) lalu. Jika hal itu dapat terealisasi, pihaknya yang memiliki visi tilik ndesa mbangun desa yakin, perekonomian warga sekitar Candi Borobudur akan meningkat.
Sedang alasan dipilihnya kelengkeng Itoh, di antaranya karena cepat berbuah dengan catatan asal bibit dari okulasi, ditanam di lahan yang telah dipersiapkan secara benar. Di sisi lain, kelengkeng Itoh memiliki banyak kelebihan. Antara lain buah dan bijinya kecil, daging buah tebal, manis dan kering (tidak berair). Dalam usia 2,5 tahun, bisa berbuah sekitar 25 kg. ”Kelengkeng jenis ini juga dapat diatur jadwal pembuahan dan tidak tergantung dengan musim. Cara pembuahan cukup dikocor dengan pupuk nongfeng kelengkeng, maka dalam waktu 30 hari pohon kelengkeng itoh sudah menunjukkan bunga,” jelasnya. Jika berhasil, tidak menutup kemungkinan ia akan mengembangkan jenis buah lain. ”Untuk sementara kelengkeng itoh yang kami coba,” pungkas pria kelahiran Sabrangrowo ini.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Baca Juga:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar